Arini, Gadis Kecil yang Istimewa

Gadis kecil ini bernama Arini, usianya masih 7 tahun, masih duduk di kelas pertama di SD. Selama ini saya tidak terlalu dekat dengan keponakan yang satu ini, mungkin karena saya jarang pulang dan kami jarang terlibat dalam sebuah interaksi langsung. Keadaan tersebut berubah di waktu beberapa bulan ini, masa pandemi ini memberikan saya kesempatan untuk tinggal di rumah dalam waktu yang cukup panjang, dan hal ini menjadikan saya lebih mengenal para keponakan imut saya di rumah. 
Selama di rumah saja ada banyak aktivitas baru yang menjadi kesibukan saya. Ada beberapa kelas daring yang saya ikuti, ataupun sekedar menyaksikan live Instragram dari beberapa tokoh yang menarik pemikirannya. Selain itu yang paling menyenangkan dan paling sering saya lakukan adalah bermain dengan para keponakan. Tentu bersama Arini salah satunya. 


Saya berhasil dibuat terkagum-kagum dengan keponakan cantik ini, menurut saya dia memiliki kreativitas yang tinggi untuk anak seusianya. Sehari-hari dia sering mengajak saya membuat beraneka mainan dari bahan-bahan yang dia temukan di rumahnya. Membuat rumah boneka dari kardus salah satunya. Arini dengan sangat antusias bercerita kepada saya bahwa dia mempelajari cara membuat mainannya ini dari YouTube. "Ah, benar-benar generasi milenial" ujar saya dalam hati. 
Arini juga sangat gemar menggambar. Beberapa kali kita menghabiskan waktu dengan pensil warna dan buku gambar di rumah. Dan sekali lagi saya selalu terkagum-kagum dengan kemampuan Arini. Menurut saya, di usianya yang masih sangat belia ini dia sudah mampu memberikan ekspresi pada setiap goresannya. Dia piawai membuat gambar dengan suasana yang berbeda-beda, misalnya dia menggambar pesta ulang tahun maka dia akan membuat para tokoh tampak bersinar bahagia. Pernah juga Arini menggambar bocah yang jatuh dari sepeda, pada gambarnya dia sukses bercerita bahwa si tokoh sedang bersedih. 

Kekaguman saya pada Arini selalu menjadi topik obrolan yang hangat bersama ayah dan mamanya. Saya senang bertanya banyak hal pada beliau berdua, karena menurut saya sudah pasti ada peran-peran hebat dari orangtuanya sehingga Arini menjadi sangat mengagumkan. Setelah sering mengobrol saya mulai mengambil beberapa pesan dari beliau. Tentang pengasuhan terhadap anak benar-benar butuh kehadiran dari kedua pihak, tidak cukup hanya mamahnya saja atau sebaliknya. Ayahnya Arini menuturkan bahwa jika dia hanya menghabiskan waktunya bersama satu pihak saja maka akan ada satu ruang bahagia yang kosong dalam hatinya. Dan kekosongan ini yang kadang mudah diisi oleh tabiat buruk yang dia temukan dari lingkungan. Beliau juga menjelaskan sifat kreatif dari Arini tumbuh baik karena adanya dukungan dan penerimaan dari orang tuanya. "Kita sebagai ayah dan mamahnya juga belajar, belajar tidak mudah marah jika terkadang rumah sangat berantakan karena aktivitasnya dia. Tembok seringkali jadi papan daruratnya dia, dan beberapa kali gunting, lem dan lain-lainnya hilang. Satu lagi, kasih pujian jika dia sudah berhasil membuat sebuah karya. Maka dia akan senang dan bersemangat untuk berkarya lagi dan lagi." Demikian kurang lebih beliau menjelaskan pada saya.

Saya berterimakasih untuk pengalaman indah selama bermain bersama Arini. Saya belajar banyak hal bersama dia. Salah satu pelajaran mahal yang saya dapatkan adalah untuk tidak menjadi orang dewasa yang merasa lebih bisa segala hal dari anak-anak. Sehingga tidak mudah membatasi gerak mereka dalam belajar dan bermain, namun tetap menemani dan mengawasi.

Komentar

Postingan Populer